SANANA-Stunting tidak hanya mengenai pertumbuhan anak yang terhambat, namun juga berkaitan dengan perkembangan otak yang kurang maksimal. Tentunya, dapat menyembabkan kemampuan mental dan belajar di bawah rata-rata yang bisa berakibat pada prestasi.

Hal ini menjadi perhatian utama bagi Pemerintah Daerah (Pemda) dalam upaya melakukan penurunan dan pencegahan prevalensi stunting di Kepulauan Sula hingga mencapai target Nasional, yakni 14%.

Berdasarkan data dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI), angka stunting di Kabupaten Kepulauan Sula menunjukkan penurunan yang signifikan. Pada tahun 2022, prevalensi stunting mencapai 28%, namun berkat kerja keras bersama, angka tersebut berhasil ditekan menjadi 18,8/5 pada tahun 2023.

“Kami optimis dapat mencapai target nasional sebesar 14% pada tahun 2024, dan ini merupakan pencapaian yang patut kita syukuri bersama,” ungkap Pjs. Bupati Kepulauan Sula, Wa Zaharia melalui Asisten I, Ahmad Salawane dalam sambutannya saat membuka kegiatan Rembuk Stunting yang berlangsung di Istana Daerah Desa Fagudu, Kecamatan Sanana. Selasa, (15/10/2024).

Untuk mencapai hasil tersebut, Asisten I menyebutkan, Pemerintah Daerah saat ini telah melaksanakan 8 aksi konvergensi stunting yang melibatkan berbagai sektor. Aksi-aksi ini mencakup peningkatan akses makanan bergizi berbasis pangan lokal, edukasi gizi bagi masyarakat, aksi gemar makan ikan, serta pelayanan kesehatan yang lebih baik.

“Kami berkomitmen untuk terus menyelesaikan masalah stunting dengan melibatkan semua pihak. Sinergi antara pemerintah daerah, masyarakat, dan berbagai stakeholder lainnya sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan anak yang sehat. Kerjasama lintas sektor sangat penting dalam pelaksanaan program-program stunting agar dampaknya dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Dengan kolaborasi yang kuat, kami yakin dapat mempercepat penurunan angka stunting di daerah ini,” imbuhnya.

Sementara, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kepulauan Sula, Mardia Umasangadji menyatakan, rembuk stunting telah menjadi agenda Pemerintah Daerah setiap tahun yang dilakukan di semua Desa yang ada di Kepulauan Sula. Menurutnya, rembuk yang dimaksud adalah menginventarisir masalah-masalah stunting yang ada di tingkat Desa, dan akan ditindaklanjuti di Kecamatan, sampai tingkat Kabupaten.

Selain itu, ia meminta kepada seluruh stakeholder, terutama instansi terkait agar bekerja efektif dengan harapan, rembuk stunting yang dilakukan di tingkat Desa maupun Kecamatan, masalah stunting di Kepulauan Sula dapat diatasi secara maksimal.

“Saya meminta kepada seluruh instansi terkait, mari kita bekerja sama dan lebih giat lagi. Sebab masalah stunting, bukan masalah sepele, ini menyangkut kepentingan untuk generasi kita di masa yang akan datang. Kita mengharapkan generasi kita kedepannya ialah generasi cerdas, tentunya kalau bisa stunting hilang dari Kepulauan Sula yang kita cintai ini,” pungkasnya.

Terpisah, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Maluku Utara, Nuryamin mengapresiasi Pemerintah Daerah yang telah melakukan rembuk stunting.

“Saya mengapresiasi Pemerintah Daerah, karena rembuk stunting merupakan wadah komitmen. Harapan saya, stunting di Kepulauan Sula turun sampai angka 0. Tentunya ini perlu upaya-upaya cerdas,” pungkasnya.

Sekedar informasi, selain program stunting yang telah diprioritaskan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Sula, BKKBN juga melaunching program untuk memperdayakan lansia yang dikenal dengan istilah Sekolah Lansia.

Sekolah ini dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan para lansia untuk menghadapi masa tua yang lebih baik. Dalam sekolah lansia, difokuskan 7 dimensi lansia Tangguh yakni spiritual, intelektual, fisik, emosional kemasyarakatan, professional, vokasional, dan lingkungan. Para lansia di Desa Pastina ini, telah menempuh beberapa materi tersebut, dan kini kayak untuk diwisuda. (Red)